Saturday 15 November 2014

UNRAM HARUS BERBENAH

4ICU memposisikan UNRAM pada posisi 101 universitas terbaik se Indonesia. 4ICU merupakan lembaga kredibel yang berkompetensi mengurutkan universitas-universitas terbaik di dunia, tentu dengan metodologi yang ketat. Posisi yang ditorehkan Unram harus diakui tidak sejalan dengan umurnya yang lebih dari setengah abad saat ini. Harusnya Unram sudah masuk jajaran 50 besar terbaik.

Suka atau tidak suka ini adalah cambuk bagi seluruh keluarga besar Unram untuk mulai berbenah diri. Bukan hanya tugas pimpinan, tapi hal-hal kecil yang bisa dilakukan oleh dosen, mahasiswa harusnya direalisasikan, tidak diendapkan.


Di media sosial, publik NTB bahkan Indonesia dihebohkan oleh prestasi yang ditorehkan UTS (Universitas Teknologi Sumbawa) yang meraih tiga penghargaan dunia. Prestasi UTS menjadi tamparan keras bagi kampus-kampus besar tanah air yang belum mampu berprestasi kelas dunia seperti UTS. UTS baru seumur jagung namun sudah menoreh prestasi yang membanggakan.

Dibalik kesuksesan UTS, tentu ada keseriusan dan kerja keras pemangku kepentingan di kampus itu. Mulai dari pimpinan, dosen dan barang tentu Mahasiswanya. Peran lebih utama dari itu semua tentu berada pada pundak dosen dan disupport penuh oleh pimpinan.  

Dosen adalah pemancar intelektualitas. Sinar itu dipancarkan dari sumber pengetahuan terdalam menuju mahasiswa. Sinergisitas pancaran ini melahirkan energi yang mumpuni pada mahasiswa sehingga melahirkan prestasi. Memancarkan singnal tidak ada putusnya, tidak mengenal waktu istirahat.

Serba Serbi Dosen

Menjadi dosen semua sepakat bahwa “cangkul” yang digunakan untuk bekerja adalah intelektualitas. Dunia gagasan adalah dunia seorang dosen. Namun faktanya, di tengah tuntutan profesionalitas, dosen semakin disibukan dengan mengumpulkan pundi-pundi tri dharma dalam memenuhi ruang gagasan miliknya sendiri.

Tidak sedikit dosen yang sekedar memancarkan intelektualitas hanya dipermukaan saja, inti-intinya saja. Terjebak dengan urusan-urusan formalitas. Bahwa signal hanya ada ketika di ruang-ruang kelas. Ketika kelas bubar, tidak ada signal, cahaya gagasan redup. Maka jangan harap mahasiswa berprestasi yang lebih dari cukup, toh prestasi kampus lebih diukur dari jumlah karya ilmiah dosen.

Bila standar kampus bagus hanya diukur dari jumlah karya ilmiah dosen, masihkah bisa kita meluangkan waktu untuk terus memancarkan gagasan itu ke Mahasiswa? Tidak jarang dosen harus memenuhi tuntutan pengajaran, penelitian dan pengabdian untuk kepentingannya sendiri. Memancarkan gagasan menjadi terbatas waktu, hanya ketika materi kuliah di kelas dan bimbingan skripsi. Selain itu tidak tahu.

Saya memberi apresiasi kepada dosen-dosen yang bekerja dalam kesunyian, bahkan harus disebut dosen gila untuk berbagi intelektualitas dengan mahasiswanya. Karena memang tidak ada yang didapat-nya, selain kebahagiaan batin sebagai seorang guru. Saya yakin, mereka yang dikatakan gila inilah yang mengukir sejarah emas kampusnya.

Bila harus dikatakan pencitraan, biarkan saja selama bermanfaat bagi orang banyak. Karena era sekarang adalah era media sosial, era yang lebih enak mengomentari dari pada terjun langsung. Era yang lebih baik “diam” tidak berbuat apa-apa. Berprilaku dikatakan cari muka dan pencitraan tidak berprilaku dianggap tidak peduli. Memang benar penonton selalu lebih hebat dari pemain bola professional sekalipun. Padahal boleh jadi si penontong “nendang” bola saja mungkin tidak tahu.

Unram harus mengeluarkan kembali aura gagasan yang masih sebagian besar mengendap dan berserakan di mana-mana. Seminar-seminar nasional maupun internasional dirutinkan, dialog-dialog publik dipupuk lagi, kuliah-kuliah umum di tingkat fakultas harus diintensifkan, lomba-lomba karya ilmiah mahasiswa dikampus harus terus kita dorong. Kampus bukanlah kantor pemerintahan yang sibuk urus administrasi tapi kampus tempat orang lain mengambil hikmah gagasan.

Kampus perlu membetahkan mahasiswanya dengan memberi mereka ruang yang nyaman untuk mendalami dunia gagasan, bertukar pikiran dengan jaringan wi-fi yang memadai dan kantin-kantin murah dan mengundang selera. Mahasiswa tidak mungkin kompromi dengan rasa lapar, padahal tengah asyik berselancar dalam dunia gagasan di kampusnya.

Masa mendatang Unram harus pasang target untuk masuk jajaran 50 besar kampus terbaik di Indonesia, sehingga secara rill menjadi kebanggan masyarakat NTB. Syaratnya normatif saja yaitu adanya kepedulian semua pihak di dalamnya untuk membangun Unram. Sumber daya manusia Unram lebih dari memadai, tinggal pimpinan memberi ruang mereka untuk memancarkan gagasan seluas-luasnya.


 Sumber: Harian SuaraNTB: Jumat 14/11/2014)







No comments:

Post a Comment

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB DR. M FIRMANSYAH (DOSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS) MENUNJU INDUSTRIALIS...