Oleh:
Dr. M Firmansyah
(Dosen FEB Universitas
Mataram dan Tim Penasehat Investasi NTB)
Masyarakat
Kabupaten Bima secara mayoritas memilih Dinda-Dahlan sebagai Bupati dan Wakil
Bupati. Sejarah kemudian mencatat, Kabupaten Bima saat ini dipimpin perempuan
pertama sepanjang sejarah Bima dan juga NTB.
Ekspektasi
masyarakat akan dae Dinda cukup besar, sebagian masyarakat Bima meyakini, beliau mampu menjadikan Bima sebagai daerah yang lebih baik, lebih sejatera dari
sebelumnya. Ekspektasi yang tidak sesuai harapan punya implikasi serius,
legitimasi pemerintahan menjadi redup, bahkan menjadi preseden buruk bagi
generasi terbaik perempuan lain yang ingin menjadi kepala daerah selanjutnya.
Pesimistis
tentu saja ada, ekspektasi yang begitu besar terhadap dae Dinda terjadi di era sulit saat ini. Persaingan ekonomi dan
politik semakin melebar, keputusan-keputusan ekonomi politik tidak lagi terbatas
pertimbangan lokal namun akses eksternal (luar daerah) menjadi bagian penting dari
pengambilan keputusan.
Persoalan investasi yang nihil, keamanan, ketenagakerjaan, pengangguran, kemiskinan, persoalan sosial kronis akan menjadi topik pekerjaan yang harus segera diurai dae Dinda ke depan. Sehingga kesalahan mengambil keputusan akan berakibat tidak berjalannya segala aspek itu.
Langkah Awal
Langkah
awal yang perlu mendapat perhatian dae Dinda konsolidasi akbar berbagai stock holder. Tujuannya merubah kelembagaan pergaulan antar masyarakat dan pemimpinnya. Legitimasi sebagai pemimpin harus dae Dinda peroleh dari masyarakat, dengan selalu hadir di ruang-ruang
publik. Beberapa daerah maju selalu berawal dari tidak adanya batasan antara
pemimpin dan masyarakatnya.
Beri ruang masyarakat untuk berkeluhan kesah, setelah itu lakukan analisa sehingga menjadi program andalan dan terbaik dan mampu menyelesaikan tidak hanya satu persoalan namun menyapu bersih persoalan lainnya. Di sinilah letak kelihaian seorang pengambil keputusan.
Kebijakan Berbasis Kebutuhan
Kebijakan
terbaik adalah kebijakan berdasar kebutuhan dan bukan keinginan. Pemimpin yang
baik mampu memilah mana kebutuhan dan mana keinginan, mana kebutuhan mendasar
mana yang sekedar pelengkap. Tidak semua keinginan baik, tetapi memenuhi
kebutuhan adalah kewajiban seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Bila diurai, kebutuhan itu sangat banyak bila diakomodir semua, bagaimana pemimpin harus memenuhi itu semua? Pertama, kebutuhan harus berskala prioritas, Kedua inovasi program harus mampu memberi multiplier yang luas menyelesaikan banyak kebutuhan. Peran riset-riset pembangunan, menelaah, mengkaji program yang tepat, bergerak secara cepat dan bermultiplier effek yang luas sangat dibutuhkan.
Peluang-Peluang
Menurut
Ellison dan Glaser (1998) syarat terkonsentrasinya industri (ekonomi) pada
suatu wilayah ada dua hal penting. Pertama
natural advantages (keunggulan
alamiah) dan kedua knowledge spillovers (luapan
pengetahuan). Natural advantages
terdiri dari infrastruktur dasar pembangunan seperti jalan, jembatan, bandara,
pelabuhan, keindahan alam dan seterusnya. Sedangkan knowledge spillovers berkaitan dengan kualitas SDM, penduduk
yang terus belajar dan mengembangkan diri, belajar pada tetangganya dan
juga pada pengalamannya.
Kabupaten Bima memiliki keunggulan alamiah itu, infrastruktur hampir semua terpenuhi, walaupun belum maksimal. Namun demikian, masyarakat Bima kaya kapasitas knowledge (pengetahuan) tetapi belum spillovers (menyebar). Untuk menjadikan daerah maju, pengetahuan itu harus tersebar, terpencar dan menjadi dasar petimbangan serta perilaku masyarakat.
Oleh karena itu, tugas dae Dinda adalah mengumpulkan kembali mutiara-mutiara ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagian masyarakat Bima. Baik yang ada di Bima maupun yang tersebar di belahan bumi yang lain. Dengan kemajuan teknologi saat ini, orang yang berada di belahan bumi manapun mampu disatukan, yaitu dengan media sosial.
Professor dan Doktor asal Bima tidak terhitung, mereka tersebar menguasai berbagai bidang ilmu. Minta mereka berpartisipasi, beri ruang mereka berkontribusi ilmu pengetahuan untuk membangun Bima. Fasilitasi perkumpulan akbar itu, konsultasikan apa-apa yang harus dibangun di Bima jangka pendek maupun panjang.
Pemimpin yang cerdas tidak harus bergelar professor dan doctor namun yang mampu memanfaatkan secara positif professor dan doctor. Inilah yang belum saya temukan dari pemimpin Bima sebelumnya. Mendengarkan argumentasi ilmuan dapat dikatakan low cost bahkan tidak berbiaya. Jangan dengarkan ilmuan yang meminta syarat untuk sekedar mengeluarkan gagasannya. Kehormatan seorang ilmuan adalah ketika bisa berkiprah untuk tanah kelahirannya. Di sinilah peluang dae Dinda meletakan dasar-dasar pembangunan di Bima.
Akhirnya selamat bekerja untuk dae Dinda dan Pak Dahlan. Ke depan memang tantangan begitu berat dalam membangun Bima. Masalah begitu menumpuk untuk segera dicari jalan keluar. Namun yakinlah selama semua bergandengan tangan dan semangat melangkah secara bersama, semua itu akan lebih mudah dilewati.
Semoga niat dan harapan yg sama juga dimiliki oleh teman2 di legislatif.. Banyak ide cerdas yg akhirnya menjadi sebatas wacana krn ketidaksepahaman dari elemen lain dalam pemerintahan..khususnya leguslatif...
ReplyDeleteTerima kasih Mas Djoe Hann sudah mampir...Sukses selalu
Delete