oleh:
DR. M F
Insentif bisa berupa uang, peluang dan lain2 sebagai
tambahan penghasilan tuk meningkatkan kinerja (kata kamus). Ada yg menganggap memberi
insentif menylsaikan masalah dan meningkatkan produktifitas. Apa iya kemiskinan
bisa hilang dg insentif?
Insentif bagi sbagian org tdk punya adlh berkah tanpa upaya.
Dg insentif, ekonomi pragmatis terpenuhi. Bantuan adalah posisi nyaman, paling
ekstrim bila tdk perlu berbuat apa2 cukup andalkan bantuan.
Pemikir ekonomi perilaku beranggapan, berilah insentif
terhadap org yg bergerak (berprestasi). Sehingga mendorong org lain tuk ikut
bergrak.
Bagi org kaya insentif tdk lagi uang tapi peluang (time) tuk
dapat fasilitas lebih. Bahkan mraka mengluarkan insentif ke org tuk dapat
peluang yg lebih besar.
Dalam sebuah penelitian, di sebuah sekolah, perilaku org2 tua selalu telat jemput
anak. Ini menyusahkan guru2 krn mrka sendiri hrs telat pulang. Sekolah akhirnya
membuat aturan, bahwa stiap kterlambatan bbrapa menit dikenakan charge bbrapa
dollar. Lalu apakah org tua jadi tdk telat jemput anak? (baca lebih lanjut: Buku Dan Arealy Irational Consumer)
Jawabannya tdk, justru mrka semakin telat krn mereka lebih
mudah mengeluarkan insentif dan mendapat peluang lain dari ketrlambatan itu.
Saat ini ada banyak org2 kaya mengeluarkan insentif tuk
mendapat insentif lain yg lebih besar. Gayung bersambung ktika ada sbagian
masyarakat yg selalu menunggu2 insentif.
Pertanyaanya apakah insentif sudah diposisikan secara tepat
dalam kebijakan publik.....? Bila belum compang camping kehidupan berbangsa
akan terus kita hadapi.
Walahualam
No comments:
Post a Comment