Tuesday 29 March 2016

SETELAH MANDALIKA SELANJUTNYA SAMOTA

Oleh
Dr. M Firmansyah
(Dosen FEB UNRAM dan Penasehat Investasi Prov. NTB)
Sumber: Opini Suara NTB, 28 Maret 2016

Sungguh-pun Kawasan Mandalika urung rampung sampai saat ini, setidaknya ada banyak upaya yang sudah dilakukan pemerintah membangun kawasan itu. Lebih-lebih setelah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nasional, saat ini tanggung jawab pembangunan KEK tidak saja dipundak pemerintah daerah namun juga pemerintah pusat.

Kawasan Mandalika akan dijadikan sebagai kawasan tourism industrial cluster di NTB bahkan mungkin menjadi percontohan di tanah air. Di sana akan terbangun kluster hotel bintang, sekolah pariwisata, kluster perdagangan dan seterusnya. ITDC sebagai pengelola Mandalika tengah merancang dan mempersiapkan menyulap kawasan itu sebagai kawasan wisata besar di Indonesia. Sungguh-pun persoalan-persoalan teknis masih saja dihadapi pengelola.


Setelah Mandalika
Ketika KEK Mandalika telah ada yang urus, selanjutnya menjadi titik fokus pemerintah provinsi NTB selanjutnya adalah membangun kawasan di pulau Sumbawa, paling potensial saat ini adalah SAMOTA. Kawasan ini terdiri dari tiga space besar dan potensial yaitu teluk Saleh, Moyo dan Tambora.

Bila Mandalika core bisnisnya pariwisata, maka SAMOTA core bisnisnya perikanan dan hasil laut lain, walaupun turunan (deferensiasi) nya ada juga pembangunan industri pariwisata. Jadi SAMOTA akan berkembang sebagai Minapolitan (agribisnis berbasis perikanan).

Perairan di Teluk Saleh konon berpotensi menghasilkan nilai produksi hasil laut belasan triliun rupiah pertahun. Teluk saleh sangat potensial untuk pengembangan udang, rumput laut, ikan kerapu dan beberapa ikan bernilai ekonomis tinggi lainnya. Sehingga bila ini disentuh pemerintah secara serius, maka ribuan masyarakat pulau Sumbawa akan terserap lapangan pekerjaan baru.

SAMOTA adalah kawasan ekonomi riel, yang akan banyak menyentuh ekonomi masyarakat, dari tingkat ekonomi rendah maupun yang mapan. Kestabilan SAMOTA lebih baik dari kawasan lain di NTB. Setiap kawasan berbasis pariwisata akan ada siklus naik dan turunnya, tergantung momentum orang berwisata, fluktuasinya tergantung sungguh karena faktor keamanan maupun fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Ketika ada travel warning misalnya, kawasan wisata menjadi mandek. Namun kawasan berbasis industri pengelohan (manufaktur) tidak akan ada surutnya karena akan menyangkut konsumsi harian masyarakat (konsumen).

Duduk Bersama
SAMOTA akan menyentuh tiga wilayah di Pulau Sumbawa, yaitu Bima, Sumbawa dan Dompu. Ketiga pemerintah daerah perlu duduk bersama merancang pengembangan kawasan strategis ini, tentunya di bawah koordinasi Pemerintah Provinsi. Selain itu, Provinsi perlu terus gencar memperkenalkan SAMOTA sebagai kawasan strategis kedua setelah Mandalika di mata nasional dan internasional.

Dalam konteks pengembangan kawasan bisnis, pola perencanaan pembanguan SAMOTA akan 
menyangkut empat unsur yaitu unsur produksi, distribusi, komersialisasi dan pasar. Bila SAMOTA diharapkan dikelola oleh lembaga bisnis, maka pemerintah daerah perlu menyiapkan proposal investasi daerah untuk dipresentasikan kepada entitas bisnis tersebut. Dalam proposal kita perlu ungkap core bisnisnya apa, turunannya, lahan untuk pembangunan industri, infrastruktur yang tersedia, kondisi masyarakat serta budayanya.

Semua butuh perencanaan matang, semua butuh tata kelembagaan yang baik menyangkut produksi apa, siapa, bagaimana serta ke mana. Membangun kelembagaan kawasan perlu mempertimbangkan harmoni dan keseimbangan antara semua pelaku ekonomi, mulai dari nelayan, pedagang maupun industri (investor). Keberadaan kawasan potensial harus dinikmati masyarakat secara luas, maka dengan itu pembangunan menjadi sustain.

Pembangunan di aras hulu diberikan pengelolaan kepada masyarakat sedangkan aras hilir dikelola oleh investor. Ketika ada sinergi maka perekonomian daerah secara riel akan tumbuh, pengentasan kemiskinan menjadi jalan mudah dilewati.

Bila ditelisik dari aspek distribusi barang dan jasa, saat ini di pulau Sumbawa tidak lagi menjadi soal, karena setidaknya ada dua pelabuhan petikemas yang ada di pulau Sumbawa dengan jalan nasional yang ralatif mulus. Hal ini memudahkan distribusi produk dari pusat bahan baku atau lokasi industri ke pasar (pulau jawa dan luar negeri).

Akhirnya, pemerintah perlu mendorong pembangunan SAMOTA dengan serius. Dengan itu, pembangunan ekonomi Pulau Sumbawa dapat lebih bergairah, ketimpangan pembangunan secara spasial dapat segera diminimalisir.   

     

No comments:

Post a Comment

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB DR. M FIRMANSYAH (DOSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS) MENUNJU INDUSTRIALIS...