Sahabat, suatu
ketika saya ditegur orang tua, “Nak, cukur jenggotmu, untuk apa pelihara
jenggot, nanti tidak ada yang pakai dengan penampilanmu seperti ini”. Saya
hanya tersenyum menyikapi nasehat orang tua. Beliau benar-benar khawatir
anaknya tidak bisa menggapai cita-cita gara-gara memanjangkan jenggot.
Sahabat, saya
ingin katakan bahwa saya ini awam akan agama, ngaji masih banyak kelirunya. Suatu
waktu saya pernah minta diajari ngaji sama anak pesantren. Subhanallah, hampir
tidak ada yang benar tajwid yang saya baca. Saya hanya hafal beberapa surat
pendek, saya merasa malu untuk itu.
Saya
memiliki keyakinan bahwa saya sangat mencitai baginda Nabi Muhammad saw. Tidak
ada manusia yang saya idolakan selain beliau, walau banyak perintah beliau yang
absent saya lakukan. Jenggot ini mungkin kecil maknanya, tapi setiap saya
memegangnya saya membayangkan nabi kita tercinta.
Sahabat,
alhamdullilah, sudah lebih dari 10 tahun jenggot menjadi identitas diri saya. Alhamdullilah
Allah tidak juga menyia-nyiakan hamba-Nya yang mau berusaha dan berdoa. Berbagai
tim saya ikut terlibat di pemerintahan provinsi, sehingga berbagai rapat penting
pemerintahan saya ikuti, saya mengenal pejabat-pejabat teras di provinsi saya.
Berbagai seminar saya diundang sebagai pembicara, beberapa kali sebulan saya menjadi host di televisi siaran live tanpa sedikitpun terganggu
dengan penampilan saya.
Saya akan
tetap berjalan dengan keyakinan kecil ini, bahwa jenggot ku sebagai bentuk
keinginan untuk meniru nabiku, kekasihku. Saya hanya berdoa semoga hal kecil
ini menjadi berat timbangannya di mata Allah. SWT ditengah kemampuan dan
kekuatan iman yang sedemikian lemahnya.
No comments:
Post a Comment