Wednesday 30 March 2016

PULAU LOMBOK KENAPA LEBIH MAJU?

Sahabat, pertanyaan kenapa pembangunan pulau Lombok dan Sumbawa timpang sering terdengar. Pulau Lombok infrastrukturnya begitu cepat terbangun, dinamika perekonomian bergerak begitu dinamis, apa yang salah? Kenapa pembangunan dua pulau di NTB ini tidak bisa berjalan seimbang?

Mungkin sudah sering saya sampaikan bahwa syarat utama konsentrasi spasial ekonomi (pembangunan) itu terletak pada 2 aspek, yaitu natural advantages dan knowledge spillovers. Keunggulan alamiah terkait dengan keunggulan-keunggulan alamiah yang dimiliki kawasan (keindahan alam dan modal-modal pembangunan lain) sedangkan knowledge spillovers berkaitan dengan sebaran pengetahuan (masyarakat yang mau belajar) katakanlah IPMnya tinggi.



Namun sebelum itu, dapat saya jelaskan sisi lain bahwa pelaku pembangunan itu terdiri dari 1). Pemerintah, 2). Swasta (intepreneur) daerah, 3). Investor DN dan LN dan 4). Masyarakat. Biasanya daerah yang maju ditunjukan oleh kontribusi swasta dan investor secara dominan terhadap pembangunan kawasan. Mengandalkan pemerintah tentu tidak mungkin menjadikan “ekonomi meroket”. Dengan anggaran yang terbatas, pemerintah paling hanya menggugurkan aktivitas rutin.

Coba sahabat gunakan 2 konsep di atas, yaitu konsentrasi spasial ekonomi dan actor pembangunan dalam mengamati ketimpangan pulau Lombok dan Sumbawa. Ada apa dengan pulau Lombok, sahabat? Mudah-mudahan Sahabat bisa menelaahnya dari perspektif Pulau Sumbawa dengan pendekatan yang sama.
1.    
PPulau Lombok punya potensi wisata yang mendunia, sehingga investasi bidang pariwisata menjadi lebih maju. Hotel-hotel kelas dunia membangun entitas bisnis di sini. Ibarat gula, secara otomatis (autopilot) akan dikerubungi semut, tidak ada jalan lain.
2.    Secara geospasial, Lombok dekat dengan pusat pertumbuhan pariwisata dunia yaitu pulau Bali. Mungkin, paket wisata yang ke Bali akan juga termasuk ke Lombok. Kedekatan secara spasial dengan pusat pertumbuhan (hinterland) secara teori akan mendorong majunya daerah sekitarnya (pheryperi). Ketika wisata Bali jenuh, maka alternative tiada lain selain Lombok. Dari dalam Lombok sendiri, kamajuan ekonomi Kota Mataram mulai berpindah ke daerah-daerah pinggiran yaitu di Lombok Barat dan Lombok Tengah, ini aliran ekonomi yang tidak bisa dihindari pula.
3.    Mirip Bali, dalam mendukung sentra wisata ada banyak sentra-sentra kerajinan di Lombok. Saya melakukan penelitian, bahwa sentra-sentra itu juga dipengaruhi genetika “turun temurun” dari generasi-kegenerasi. Walaupun saya pernah menyampaikan kekhwatiran hilangnya sentra-sentra kerajinan itu karena mandeg di regenerasi. Anak-anak muda di kawasan sentra industri itu kurang tertarik melanjutkan usaha pendahulunya, ini menjadi lampu kuning bagi siapapun yang peduli bagi eksistensi kerajinan Lombok.
4.    Disamping produk industri, tenun, gerabah, emas mutiara, Lombok juga punya kareteristik makanan unik, yang menjadi image marketing bagi kawasan ini. Misalnya ayam taliwang, plecing kangkung dan seterusnya. Sentra-sentra atau klaster perdagangan makanan khas ini dibeberapa tempat berdiri misalnya di kawasan sayang-sayang dan juga desa Nipah. Perputaran uang menjadi lebih kencang di kawasan itu dan tentu multiplier effeknya akan sampai bahkan pada pedagang pisang goreng.
5.    Dengan segala potensi keuanggulan alamiah yang ada, Lombok (Mataram) juga didukung oleh knowledge spillovers yaitu pusat pendidikan (perguruan) tinggi di NTB. Sumber daya manusia terbaik NTB bermuara di Lombok dan turut menjadi bagian dalam membangun Pulau Lombok. Mereka bisa bertahan, karena infrastruktur pendidikan dan ruang untuk berkarya tersedia.  
6.    Dengan segala potensi itu akhirnya Lombok menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang diperhitungkan di tanah air. Peran swasta dan investasi DN dan LN sangat besar, justru pemerintah tidak terlalu berperan. Pemerintah hanya mengurus perijinan, masyarakat miskin, jaga inflasi, urus raskin, pelayanan masyarakat dan seterusnya. Tapi pembangunan infrastruktur dominan sektor bisnis. Mall-mall dibangun sektor bisnis, hotel-hotel besar dan berbagai entitas bisnis dan jasa lain juga terbangun untuk memenuhi kebutuhan bisnis masyarakatnya.  Ini adalah irama “jamak” yang terjadi di kawasan yang punya potensi alamiah.

7.    Memang tidak bisa kita mengelak ada kawasan tertentu yang secara geospasial menguntungkan dan ada juga sebaliknya. Kawasan itu bergerak secara alamiah karena keuntungan geospasial itu tadi walau tanpa banyak hal dilakukan oleh pemangku kebijakan.    

SMataram 30 Maret 2016
Salam Dr. M Firmansyah

No comments:

Post a Comment

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB DR. M FIRMANSYAH (DOSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS) MENUNJU INDUSTRIALIS...