Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2014 berlokasi di NTB. Ribuan peserta
dari tingkat SD, SMP dan SMA berdatangan dari seluruh penjuru tanah air. Mereka
adalah murid-murid terbaik, yang sudah melalui tahapan seleksi di tingkat
sekolah, kabupaten/kota dan provinsi masing-masing.
Penulis adalah salah satu juri OSN bidang ekonomi dari Unram, di samping
dosen-dosen lain seperti dari Universitas Indonesia, UGM, Universitas
Brawijaya, Universitas Negeri Malang. Juri juga ada dari Bank Indonesia dan
Bursa Efek Indonesia. Dilihat dari komposisi juri dapat ditebak, anak-anak kita
di samping harus menguasai materi-materi sains ekonomi, peserta juga harus
paham tema kebangsentralan, OJK dan bursa efek.
Paling menarik menurut pengamatan penulis adalah ketika anak-anak ini
harus berlomba memenangkan persaingan dalam simulasi bursa saham. Peserta
dituntut untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari investasi
mereka di bursa saham. Beberapa informasi terkait perusahaan diberikan, dan
mereka juga mendapat modal untuk melakukan investasi secara online dan secara
rill, langsung terhubung dengan bursa efek Indonesia.
Seperti seorang investor berpengalaman mereka berlomba. Mereka
benar-benar mengamati bagaimana sepak terjang perusahaan yang akan mereka
investasikan atau beli sahamnya. Ada siswa yang berani berspekulasi untuk
menanamkan saham diperusahaan tertentu, dengan harapan gain (keutungan) yang
tinggi. Ada juga yang merasa cukup dengan keuntungan yang mereka peroleh.
Pahami Komputer
dan Internet
Pada bagian ini penulis ingin memberi pesan penting pada orang tua yang
anaknya masih duduk dibangku SD sampai SMA. Bila anak-anak kita ingin memilki
kompetensi bersaing dalam olimpiade dan sejenisnya, maka kuasailah internet dan
komputer.
Komputer dan internet adalah barang wajib untuk dipahami anak-anak kita
saat ini. Dalam olimpiade sain semua dilakukan secara online. Mengerjakan soal
pilihan ganda maupun uraian, bahkan membuat makalah-pun langsung dikerjakan
secara online.
Siswa tidak saja dituntut untuk menguasai materi yang dilombakan namun
juga harus paham dalam mengoperasikan computer dan internet. Misalnya, untuk mendapatkan
lembaran jawaban harus di down-load sendiri oleh peserta dan setelah di save as, di up-load lagi oleh mereka sendiri. Bayangkan, hanya karena anak kita
tidak mengerti save as atau meng-up load, pekerjaan anak kita yang susah payah
dikerjakan akhirnya hilang tak berbekas.
Oleh karena itu, anak-anak kita dari NTB harus didorong untuk
mempersiapkan diri mengikuti dan memenangkan medali dalam olimpiade sains ini.
Dalam bidang ekonomi, fakultas ekonomi UI memberikan tiket untuk masuk FE
Universitas Indonesia tanpa test bagi yang mendapatkan medali. Sungguh
kesempatan yang sangat langka dan mahal. Dan sayang bila disia-siakan.
Kita dorong pemerintah daerah serius untuk menjaring siswa-siswa
terbaiknya untuk mengikuti OSN tahun depan (2015) yang diselenggarakan di
Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Misalnya, dengan mulai melakukan
penjaringan siswa-siswa yang berprestasi untuk dilatih. Mereka tidak saja harus
menguasai materi sekolah, namun mereka harus ahli dalam membuat makalah dan
mempresentasikannya.
Siswa-siswa
Terbaik
Dalam kesempatan presentasi makalah, penulis mencoba menyodorkan
beberapa soalan sulit dalam sesi tanya jawab. Penulis menggeleng-menggeleng
kepala atas penguasaan materi dan kemampuan mereka menyampaikan gagasan dalam
presentasi. Sungguh mengaggumkan, mereka menguasai betul materi yang disodorkan
panitia.
Ada beberapa siswa yang bahkan telah menguasai materi-materi ekonomi
yang diajarkan pada level megister (S-2). Bahkan tidak semua mahasiswa S-2
mampu menjawab apa yang ditanyakan dewan juri pada anak-anak ini. Penulis
bergumam dihati, inilah anak-anak terbaik yang mungkin akan menjadi penentu
arah ekonomi bangsa ini ke depan.
Ketika berbicara dengan Dr. David Kaluge, salah satu juri OSN dari
Universitas Brawijaya bahwa memang anak-anak kita kedepan mau tidak mau harus
berhadapan dengan kompetisi. Dan dalam kompetisi kecepatan, ketepatan dalam
berfikir adalah hal penting yang harus dikuasi anak-anak kita.
Sebagai penutup penulis ingin katakana, sudah menjadi tanggung jawab
kita bersama dalam meningkatkan kapasitas anak-anak kita ke depan. Kita harus
mulai serius memperhatikan bagaimana mereka dapat memenangkan kompetisi pada
level nasional. Pemerintah daerah dan sekolah perlu meningkatkan berbagai
struktur dan infrastruktur penunjang untuk peningkatan kapasitas tersebut. Demi
masa depan mereka yang lebih baik dan demi membawa keharuman nama daerah ini
yang terlanjur masyhur dengan IPM rendahnya.
No comments:
Post a Comment