Tuesday 14 October 2014

Kos-Kostan Ku

Aristoteles memberi tiga alasan dalam membangun persahabatan, yaitu berdasar cinta kasih, utilitas (kepuasan) dan religi (kesalehan). Bersahabat dengan balutan cinta kasih adalah persahabatan tulus tanpa tendeng asih, suka-duka, senang sedih dilalui bersama. Tidak perduli ras atau golongan.
Sahabat berdasar utilitas adalah sahabat hanya berorientasi kepuasan dan kebutuhan sesaat. Kita sulit mengatakan sahabat macam ini akan langgeng oleh waktu. Contoh yang paling kongkrit adalah persahabatan dalam dunia politik, sekarang bisa saja bersahabat namun boleh jadi tidak esoknya.
Persahabatan religi dibalut oleh kesalehan biasanya terbangun dari intra kelompok atau berdasar asas kesamaan agama tertentu. Seorang yang saleh akan bersahabat dengan orang saleh lainnya. Sebaliknya premen biasanya akan bersahabat dengan preman lainnya. Dua zat kimia golongan ini akan sulit disatukan, alih-alih dijadikan sahabat. Dua-duanya akan menyatu hanya dan jika hanya salah satu melebur ke yang lainnya, preman tobat menjadi ustad atau ustad malah menjadi preman.
Nabi SAW juga pernah menggariskan bagaimana pentingnya sahabat, dan bagaimana mencari lingkungan yang tepat dalam mencari sahabat. Bila kita bergaul dengan pedagang minyak wangi maka kita akan ikut wangi, sebaliknya bila kita bergaul dengan minyak tanah kita akan terkontaminasi aroma minyak tanah pula.
Belajar di Universitas salah satu hal penting adalah menemukan lingkungan baik itu, yaitu lingkungan yang terdiami oleh orang-orang baik dan soleh. Sehingga, bagi mahasiwa yang harus ngekos carilah lingkungan kost yang baik, lingkungan kost yang penghuni-penghuninya bijak dan mapan dalam hidup.
Sengaja atau tidak saya juga terbentuk oleh lingkungan kost-kostan yang baik. Entah kebetulan atau tidak kost saya dihuni oleh orang-orang mapan, yang telah bekerja dan berkeluarga. Bagi saya lingkungan kost adalah rumah tangga, menggantikan peran orang tua yang tengah jauh dari kita. Seakan ada orang tua yang mengawasi dan memberi nasehat atas perilaku kita di rantauan.
Saya bergaul dengan seorang pegawai negeri, wiraswasta dan dosen di perguruan tinggi negeri. Sedikit banyak mereka mengungkapkan pengalaman mereka masing-masing, sehingga menambah pengalaman dan pemahaman saya akan hidup.

Namun, bila kost-kostan hanya diisi oleh teman seangkatan, teman satu umuran. Apa yang terjadi? Kita akan mudah ikut dan terjurumus oleh perilaku kurang bijak sesama kita. Terjurumus tidak saja berkonotasi sebagai perilaku melawan hukum, namun perilaku sia-sia, perilaku hura-hura karena masa-masa muda adalah masa melampiaskan hasrat diri yang sulit untuk dikendalikan.
Masa kuliah adalah masa kita belajar dengan tenang dan fokus. Betapa akan terganggu masa belajar kita, bila tempat kita tinggal dibisingkan oleh suara musik keras, knalpot racing saat pagi dan malam hari. Betapa tidak nyamannya kita belajar bila ada salah satu penghuni kost-kostan yang sukannya berkelahi, sehingga seringkali orang nyari ke kost dan kadang kita jadi sasaran karena dianggap teman si jago berkelahi.
Oleh karena itu, berusahalah untuk memilih kost-kostan yang nyaman dan memiliki penghuni yang mapan dan dewasa. Biarkan sedikit mahal, dengan imbalan insya Allah prestasi kita melambung. 
Kita bukanlah seorang filosof yang memiliki kedalaman dalam berpikir, kita juga bukan petualang yang kaya pengalaman dalam kehidupan, kita bukanlah orang cerdik pandai sehingga ilmu kita melimpah dalam otak kita. Namun kita bisa jadi filosof, petualang atau orang cerdik pandai dengan membaca kisah mereka, mempelajari cara mereka hidup dan menelaah cara mereka belajar. Kita pun bisa menjadi mapan, ketika kita bergaul apalagi tinggal (dalam satu kost) dengan orang mapan lain.






No comments:

Post a Comment

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB DR. M FIRMANSYAH (DOSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS) MENUNJU INDUSTRIALIS...