Tuesday, 14 October 2014

Sejuta Kenangan Orientasi Mahasiswa Baru

Saya ditugasi Pembantu Dekan III untuk membawakan materi etika dan kultur belajar di perguruan tinggi di depan ribuan mahasiswa baru (Maba) FE Universitas Mataram, pada bulan Agustus 2014.           Dengan antusias mereka mendengarkan ceramah saya, sesekali ketika saya menyampaikan candaan mereka tertawa lepas di auditorium berkapasitas ribuan tersebut. Rasanya mereka cukup enjoy dengan acara itu, tidak ada beban dan keterpaksaan di raut muka calon-calon pemimpin bangsa ini.
Ada hal yang lain ketika saya memperhatikan penampilan maba pada ospek kali ini. Tidak ada lagi penampilan aneh-aneh, tidak adalagi peloncohan macam-macam dari kakak panitia. Berbeda dulu ketika saya mengikuti ospek, kami dikerjai habis-habisan. Belum lagi kekerasan fisik dan psikis yang maba terima saat itu, menyebabkan dendam kesumat sulit dipangkas.
Padahal mahasiswa umumnya sangat membenci pelanggaran HAM, mengecam pembunuhan dan penyiksaan terhadap manusia. Namun, ironinya tidak jarang maba meninggal dunia karena tidak tahan dengan penyiksaan yang dilakukan senior dalam acara ospek yang tidak ada manfaat sama sekali itu.
Jadi maba serba salah, datang cepat dihukum datang telat apalagi lebih keras hukumannya. Kami harus cari benda macam-macam untuk kebutuhan ospek, itupun kami lakukan sepulang ospek yang hampir magrib. Belum sempat merebahkan badan untuk istirahat karena penatnya keseharian dalam ospek, sudah disibukan untuk mencari barang aneh-aneh.
Saya dongkol sekali dengan kakak panitia, teman-teman maba yang cantik selalu jadi perhatian, disuruh nulis surat cintalah, disuruh ngerayulah. Tidak saja yang cewek, kakak panita yang perempuan tidak ketinggalan keranjingan memperhatikan teman-teman saya yang laki, tapi khusus yang ganteng. Maba seperti saya ini jauh dari radar pandangan kakak panitia, ya maklum sudah hitam, muka pas-pasan pula.

Kakak panita yang berambut gondrong dan beranting panjang sok-sokan menasehati kami maba untuk belajar rajin. Padahal mereka sendiri sudah enam tahun kuliah ndak juga selesai. Saya pernah bermasalah dengan salah satu diantara mereka, pasalnya saya tidak merasa ada salah malah disuruh guling-guling di rumput. Padahal hari masih pagi, sehingga embun masih membasahi rumput lapangan kampus tempat kami dikerjai. Saya menolak guling-guling, dipaksanya sampai saya terjatuh dan terpaksa guling-guling.
Saat pertama mulai belajar, ternyata saya satu kelas dengan kakak yang ngerjai saya itu. Karena beberapa matakuliah tidak lulus, terpaksa dia harus programkan lagi di semester ini. Dalam hati saya bergumam, ini orang sok nasehati orang lain malah dirinya sendiri tidak keurus. Beberapa kali dia harus pinjam buku catatan kuliah saya, itupun ketika mendekati ujian.
Alhamdullilah, ospek kali ini tidak lagi seperti yang dulu-dulu. Di kampus saya budaya kekerasan sudah mulai dihilangkan dalam ospek, saya tidak tahu dikampus lain. Sebagai mahasiswa kita harus sadar, bahwa yang perlu kita tonjolkan adalah intelegensi bukan kekerasan. Kalau ingin banyak pelatihan fisik, kedisiplinan yang ketat, rambut diplontos ada tempatnya, masuk saja akademi kepolisian atau akademi militer. Pelatihan macam itu sangat diperlukan oleh mereka, itu-pun tidak keras sembarang keras, namun ada prosedurnya, ada takarannya.

Di kampus mahasiswa belajar akan materi-materi ilmu pengetahuan, belajar akan penelitian (riset) ilmiah dan juga melakukan pengabdian kepada masyarakat. Tiga unsur itu, tidak ada hubungan sama sekali dengan kekerasan. Mahasiswa harus enjoy belajar untuk menyelesaiakan studinya, sehingga budaya kekerasan dalam ospek sudah tepat bila dihilangkan selama-lamanya.        

No comments:

Post a Comment

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB DR. M FIRMANSYAH (DOSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS) MENUNJU INDUSTRIALIS...