Tuesday 14 October 2014

Lokasi Menenentuan Prestasi

Dalam perkuliahan sebenarnya apa yang paling dicari mahasiswa? Jujur, saya belum melakukan survey untuk menjawab secara pasti, namun saya yakin yang paling penting adalah nilai IPK. Pemilik otak jenius, belajar banting tulang untuk memperoleh IPK tinggi. Pemilik otak jongkok belajar banting piring untuk membuat “repean” semalam suntuk, juga demi IPK tinggi. Jadi semua butuh IPK tinggi.
Bedanya, ada yang belajar keras dan jujur menggapai IPK tinggi. Ada setengah jujur, artinya kadang belajar “sendiri” kadang juga belajar buat repean. Ada yang sama sekali tidak ada usaha, kerjanya kalau tidak nyontek, ya minta keteman. Tipe yang terakhir ini memiliki moto posisi menentukan prestasi. Saat ujian, ibarat kuda yang baru dilepas dari kandang, cepat mencari posisi aman (kursi paling belakang saat) ketika ujian.

Saya beberapa kali menemukan mahasiswa macam ini. Awalnya saya tidak memperhatikannya, namun saya tahu dia sedang meminta jawaban ke temannya. Ketika mata saya tertuju padanya, tampangnya seperti seorang profesor yang tengah berpikir keras dalam kekosongan di otaknya. Mendalam sekali dia berpikir.
Dalam suatu waktu ketika mengawas ujian, dari kejauhan saya melihat banyak mahasiswa yang berlari masuk kelas desak-desakan. Awalnya saya tidak tahu ada masalah apa, nampaknya pada berebut masuk untuk menentukan posisi duduk yang strategis, jauh dari jangkauan tatapan mata dosen yang sangar-sangar itu.
Setelah semua buku dan tas disimpan di depan kelas, saya bagikan soal dan lembar jawabannya. Dengan muka cerah mereka mulai mengerjakan soal, sesekali ada yang setelah membaca soal sembari berpikir akan jawabannya. Bagi yang telah mempersiapkan diri pasti terasa nyaman, ruangan sekitarnya terasa sejuk dan rasanya jari jemari tidak mau diam untuk menulis. Ngalir dan lancar. Bagi yang tidak belajar, dunia seperti di neraka, panas. Hanya bengong yang bisa dilakukan, jari jemari malas untuk digerakan. Mungkin dalam hatinya beroda, Tuhan berilah ke ajaiban supaya dosen pengawas itu tiba-tiba kebelet pipis. Lebih bagus lagi perutnya mulas-mulas, sehingga akan berlama-lama di WC. Kalau itu terjadi setidaknya kuperoleh jawabannya.
Saya katakan terhadap mahasiswa yang berdoa kayak gini, bahwa doanya kemungkinan ini sulit terkabul. Pertama Tuhan tidak akan dengarkan doa meminta celaka orang lain, kedua, sebelum ke kampus dosen telah melakukan aktifitas bongkar muat, sehingga kecil kemungkinan tiba-tiba kebelet kencing apalagi buang air besar.
Setelah siap mengerjakan soal ujian. Alangkah kaget dan jengkel pemilik falsafah lokasi menentukan prestasi. Apa pasal, saya ambil kursi dan saya putuskan untuk duduk ngawas di deretan kursi paling belakang. Betapa apesnya, sia-sia repean yang dibuat ngebut semalam, sia-sia bela-belain duduk paling belakang, dekat dengan si A yang berjanji untuk memberi jawaban. Alih-alih bisa kerja leluasa, malah diawasi kayak narapidana macam ini.
Sebenarnya tidak sulit bagi dosen untuk mengetahui bahwa hasil ujian mahasiswa itu karena kerja sama atau bukan. Biasanya hampir seratus persen dikatakan kerja sama (terserah apa dia memberi atau hasil pemberian) yaitu bila jawaban sama persis namun bukanlah jawaban yang benar.
Oleh karena itu, moto “lokasi menentukan prestasi” harus segera ditinggalkan dalam ujian, tapi ditingkatkan dalam proses belajar mengajar. Artinya, lokasi duduk paling depan sangat menentukan prestasi, karena akan semakin jelas apa yang diterangkan dosen dan meningkatkan kemampuan kita dalam memahami materi kuliah.
   







No comments:

Post a Comment

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB

EKSPOS RENCANA PENYUSUNAN MASTER PLAN EKONOMI GARAM NTB DR. M FIRMANSYAH (DOSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS) MENUNJU INDUSTRIALIS...