Saya mungkin dianggap kolot,“ndeso” oleh teman sepergaulan. Lebih dari 16 tahun saya hidup di Kota Pariwisata ini,
yang konon katakan surganya turis asing dan domestik, belum pernah
sekali-pun saya menginjakan kaki di tempat hiburan malam semacam nigh club, bar dan sejenisnya untuk sekedar
menikmati malam minggu.
Pulau lombok is paradise kata bule, pulau yang sangat menawan, dianggap surga bagi pelancong. Panorama hutan dan pantainnya membius pendatang tuk lama di sini. Salah satu kawasan
yang tersohor, bahkan sampai manca negara adalah kawasan senggigi. Sebuah
kawasan pantai yang berdiri hotel-hotel mewah, restoran dan juga tempat hiburan
malam.
Seperti di tempat-tempat lain, tempat
hiburan malam di sana hanya rame di malam hari. Namanya juga hiburan malam.
Pagi dan siang hari tidak seramai malam hari. Ya, mungkin orang yang ada disitu pada
tidur (nggak tahu juga sih, saya belum pernah menelitinya). Muda-mudi biasanya berangkat
dari rumah sekitar jam setengah sepuluh malam dan kembali kerumah pagi
hari.
Tentu malam minggu adalah malam paling
ramai diantara malam-malam lain. Sebagian orang melepas lelah dan kepenatan
setelah lima hari bekerja untuk menikmati dunia malam minggu sepuas-puasnya. Tidak jarang
beberapa mahasiswa juga menikmati kepenatannya (padahal belajar juga jarang, he..he..he). Bukan juga karena lelah belajar selama lima
hari, tapi memang kepingin saja untuk menikmati suasana malam di sana. Karena
saya yakin, ketika mahasiswa pembelajar sejati bukanlah hiburan malam tempatnya
menghilangkan kepenatan.
Lebih parah lagi ketika pengunjung hiburan
malam sudah lanjut usia, dipastikan orang macam ini mengidap amnesia berat. Dia
tidak mengenal dirinya, umurnya dan seberapa lama lagi dia akan hidup di dunia.
Ada beberapa kali kita dengar di TV atau dikoran, orang yang sudah usia lanjut
meregang nyawa saat berkencan dengan seorang gadis malam. Harusnya hiburan
malam baginya adalah berdiri lurus menghadap kiblat di tengah malam yang sunyi,
menghadap sang penguasa dalam sholat malam dan dikelilingi kitab-kitab suci
bukan dikelilingi minuman keras dan perempuan malam.
Bila perempuan yang sering menghibur orang
ditempat-tempat hiburan malam dikatakan perempuan malam, apakah mahasiswa yang sering ke tempat hiburan malam juga
layak disebut mahasiswa malam?. Konotasi kata malam dibelakangnya selalu jelek,
perempuan malam, kupu-kupu malam. Maka seorang mahasiswa yang seringkali
bercumbu dengan tempat hiburan malam akan di cap jelek juga. Setidaknya tidak
layak dianggap sebagai seorang pembelajar.
Apa implikasi dari seorang mahasiswa yang
sering ke tempat hiburan malam. Pertama pasti harus begadang, akhirnya masuk kuliah tidak tepat waktu. Ketika
ditanya dosennya kenapa telat, jawabnya, “semalam begadang ngerjain tugas pak”.
Tipuan teramat klasik bagi dosen malam...(salah, dosen senior maksudnya).
Kedua, Mahasiswa tidak akan mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
dosen. Apalagi telah kecanduan obat maupun minuman keras, apa mungkin dia masih
bisa konsentrasi menyelesaikan tugas sedang teler nggak hilang-hilang. akhirnya, kuliahnya pasti terbengkelai
Ketiga, kurus kurang gizi dan kurang tidur.
Setiap hari hanya makan super mie dan telur (telur pun kadang-kadang). Kalau-pun harus nasi makan nasi
balap (harganya seribuan ketika saya masih kuliah). Kenapa demikian, hidup
terasa malas, membeli sayur malas, pokoknya yang penting perut kenyang deh, persetan dengan gizi.
Padahal seorang pembelajar harus punya gizi cukup untuk tetap mempertahankan
semangat belajar.
Keempat, kemungkinan drop out menjadi lebih besar. Apa pasal,
tentu saja karena malas ndak ketolongan, ditanya siapa presiden RI ke lima, dia jawab Saddam Husein. IPK anjlok abis, tidak pernah dapat IPK di
atas 2,00 bermain dikisaran 1,3 dan 1,5 mirip angka aman inflasi di daerah.
Lalu apakah tidak boleh mencari hiburan?
Tentu saja boleh. Namun sebaiknya ganti hiburan malam menjadi hiburan siang.
Sangat banyak objek-objek wisata yang menarik di siang hari, misalnya ke
tempat-tempat air terjun, pantai, pegunungan dan seterusnya. Jadikan harga mati
bahwa malam adalah untuk di rumah atau kost-kostan bukan ditempat lain, ya bagi
yang mampu jadikan hiburan malam berduaan dengan Allah dalam sholat tahajut, atau
bagi yang tidak gunakan saja untuk tidur sehingga waktu subuh tidak kesiangan. Oleh karena itu, seorang mahasiswa harus tidak pernah berpikiran untuk mengenal dunia hiburan malam. Bila sudah terlajur, harus pelan-pelan ditinggalkan. Tempat kita pembelajar bukan di sana, kita harus sekuat tenaga menimba
ilmu demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment